Kamis, 24 April 2014

Boyish

Boyish” Is Dead Morals (Akhlaq)
Jangan Salahkan Saya!!
A.    Pengantar
Semoga semua apresiasi selalu tercurah kepada Zat yang tertinggi, yang tidak terjangkau oleh panca indra. Rasa bangga selalu tercurah limpah kepada sang pembawa risalah kebenaran Rasulullah SAW yang sunnahnya selalu relefan sehingga membawa kita kedalam realitas kehidupan sekarang. Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang “Terdidik”. Banyak orang pandai, namun sedikit orang yang taqwa. Islam mengutamakan pendidikan mental. Dan sebenarnya Taqwa itu ada di Hati.
“Anak-anak adalah
Belahan jiwa kita yang berjalan di atas persada
Tidur tak nyenyak terasa
Bila angin kencang menerpa” (Puisi Arab Kuno).
Ketika seorang anak dilahirkan ke-dunia, ia tetap bergantung dan membutuhkan ibunya, sama seperti suatu bagian yang menempel kepada keseluruhannya. Ia yang tidak didisiplinkan dengan syariat Islam tidak akan didisiplinkan oleh Allah SWT. Dan penulis mengutip dari Hadits Riwayat Syarif “Tak ada dosa yang paling besar dari pada menelantarkan tanggunganmu (anakmu)”. Oleh karena itu “Berbaik-baiklah dalam memilih pasangan karena darah itu terus mengalir (GEN).
B.     Deskripsi Tingkat Kasus
Nama inisialnya “DG”, beliau salah satu pelajar dari Madrasah Aliyah Negri II Garut. Beliau anak ke-3 dari 4 bersaudara, Ayah beliau tukang jahit sedangkan Ibunya seorang Ibu Rumah Tangga, Saudara beliau sudah menikah dan sudah mempunyai anak, sedangkan adiknya masih kelas VI SD. Kesehariannya beliau seperti anak SMA pada usianya, namun ada beberapa nilai yang tidak baik untuk anak pada usianya, beliau seorang perempuan namun akhlaq beliau tidak jauh dengan anak laki-laki. sikap, penampilan serta bahasanyapun seperti anak laki-laki. Beliau pernah masuk penjara (sel), karena beliau “ngebuli” temen perempuan, dan temen perempuan itu sakit hati sehingga menyangka bahwa “D” mencemarkan nama baik, tidak hanya itu beliau sering maen fisik sama teman perempuan maupun teman laki-laki beliau. Beliau mempunyai kebiasaan bersama teman-temannya yaitu suka merokok. Pernah seseorang yang melarang tentang kebiasaannya itu namun hasilnya “nihil”, beliau tetap saja merokok.
            Pendidikan beliau nilainya diatas rata-rata karena kata dia “Jika saya tidak menyontek, saya tidak akan pernah lulus dan saya tidak ridha jika oranglain mendapatkan nilai bagus karena menyontek sedangkan saya tidak menyontek”. Jadi beliau pilih menyontek dibanding dengan hasil kerja sendiri padahal dia suka menghafal dirumah tetapi suka putus asa dengan jenuhnya buku-buku juga dengan pengaruh dari teman-teman beliau dan selain itu ketika beliau ingin menghafal Ayah dan Ibu beliau suka berantem di depan anak-anaknya termasuk di depan beliau, berkata kasar dll. Ibu beliau suka telfonan bersama laki-laki lain, sedangkan Ayah beliau suka keluar rumah malam-malam. Disitulah faktor terjadinya pertengkaran orangtua beliau. Dan ada kabar bahwa orangtua beliau menuju proses perceraian. Beliau pernah berkata “Jangan salahkan saya jika saya seperti ini (boyish) karena saya tidak akan pernah menjadi “veminin” (perempuan-perempuan yang manja), dan saya tidak pernah menginginkan menjadi veminin, saya tidak sadar bahwa saya pernah melakukan hal yang tidak mungkin dilakukan perempuan biasanya, karena bagi saya dulu itu adalah kebiasaan saya dengan teman-teman saya, sehingga saya tidak sadar dengan apa yang pernah saya lakukan dulu.
C.     Kajian Teori
1.      Mengapa bisa seperti itu?
a.       Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya.“Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain.” (Hasbullah, 1996 : 89). Yang termasuk faktor ini antara lain adalah:
·   Bimbingan dan didikan orang tua
·   Hubungan orang tua dan anak
·   Suasana rumah atau keluarga
·   Keadaan Sosial
·   Keadaan ekonomi keluarga


b.      Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan karena lingkungan memberi banyak manfaat bagi manusia. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Artinya pengelolaan lingkungan hidup secara baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan sangat penting. Namun, realitas yang terjadi persentase pertumbuhan ekonomi hampir berbanding lurus dengan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan. Dan Faktor dalam lingkungan sekolah sebagai berikut:
a.       Teman sebaya yang dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi siswa
b.      Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila guru tidak memenuhi syarat sebagai seorang pendidik
c.       Waktu sekolah dan disiplin kurang
d.      Kondisi gedung dan alat pelajaran yang kurang.
c.       Bagaimana cara mengatasinya?
Anak adalah akibat langsung dari hubungan Ibu dan Ayah. Ayah dan Ibu adalah sebentuk kemuliaan yang telah diberikan Tuhan dengan kebaikan dan kasih sayang yang memperkaya jiwa dan memberikan perasaan keterikatan. Firman Allah SWT “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-NYA adalah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-NYa diantaramu rasa kasih dan sayang”. Kasih dan sayang dalam ayat tersebut sebagai sesuatu yang menunjukan adanya anak yang memperkuat hubungan diantara orangtua, serta menjamin keamanan dan kedamaian.
Seharusnya orangtua sebisa mungkin bisa mengarahkan anaknya kepada yang lebih baik, jangan pernah nasihati anak ketika sedang marah, tapi nasihatilah anak sedang bahagia. Jangan pernah menunjukan pertengkaran di depan anak-anak.
Berikan film-film motivasi untuk anak yang berkarakter “Boyish”, supaya hati anak tergugah untuk merubah dirinya menjadi perempuan “tulen”. Dan berikan pujian kepada anak yang ingin merubah dirinya menjadi lebih baik supaya dirinya merasa nyaman dengan perubahannya itu. Dan disekolah seharusnya memberikan pengajaran tentang etika berprilaku, etika berpakaian maupun etika berbicara. Jadi sekolah seharusnya memberikan pengajaran yang berkesan bagi anaknya. Dan berikan pengajaran akibat-akibat berprilaku yang tidak baik.
D.    Simpulan
Anak merupakan titipan dari Allah SWT maka harus dijaga dengan baik, karena semua amalan dan perlakuan akan kembali dan akan dipertanggungjawabkan. Sebenarnya seorang anak bisa menjadi seseorang yang tidak dikenali oleh orangtuanya karena seorang anak bisa melakukan hal yang dikehendakinya secara berlebihan, jika orangtua tidak menanamkan rasa keperduliannya. Dan usahakan orangtua mencari sekolah dan lingkungan tempat rumah yang baik supaya anak tidak terbawa dalam kehidupan yang gelap.
Perubahan tidak harus dilakukan secara sekaligus, karena dampaknya akan sulit diterima oleh pihak tertentu, namun apabila dilakukan secara perlahan, kepastian akan berhasil akan lebih besar. Dan dalam dunia kemanusiaan, penulis hanya ingin menyatakan bahwa setiap manusia yang pernah disapa oleh cinta, kebencian, pertolongan, cobaan dan kebenaran-Nya, sesungguhnya iya telah diproses oleh-Nya untuk menjadi permata-permata mahakarya-Nya.
E.     Referensi
-          Prof. Dr. Sudarman Danim, Dr. H. Khairil Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru)
-          W.S. Winkel Psikologi Pendidikan
-          Dewan Ulama Al-Azhar (Mesir) Ajaran Islam tentang Perawatan Anak diterjemahkan oleh Dra. Alwiyah Abdurrahman dari Child Care in Islam.
-          Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono Belajar dan Pembelajar
-          Prof. Dr. Sudarman Danim Pengantar Kependidikan
-          Miftahul Huda, M Idris Nalar Pendidikan Anak
-          Miranda Risang Ayu Permata Rumah Kita (Catatan Perjalanan Seorang Ibu).
-       Asri Maidah (Karangan Ilmiah tahun 2012) Kesalahan Orangtua Dalam Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghazali
-          Dr. Syamsu Psikologi Perkembangan
-          Dr. Asep Tapip Yani Pembaharuan Pendidikan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar