“Boyish” Is Dead Morals (Akhlaq)
Jangan Salahkan Saya!!
A. Pengantar
Semoga semua apresiasi selalu tercurah kepada Zat
yang tertinggi, yang tidak terjangkau oleh panca indra. Rasa bangga selalu
tercurah limpah kepada sang pembawa risalah kebenaran Rasulullah SAW yang
sunnahnya selalu relefan sehingga membawa kita kedalam realitas kehidupan
sekarang. Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang “Terdidik”. Banyak
orang pandai, namun sedikit orang yang taqwa. Islam mengutamakan pendidikan
mental. Dan sebenarnya Taqwa itu ada di Hati.
“Anak-anak
adalah
Belahan jiwa
kita yang berjalan di atas persada
Tidur tak
nyenyak terasa
Bila angin
kencang menerpa” (Puisi Arab
Kuno).
Ketika seorang anak dilahirkan ke-dunia, ia tetap
bergantung dan membutuhkan ibunya, sama seperti suatu bagian yang menempel
kepada keseluruhannya. Ia yang tidak didisiplinkan dengan syariat Islam tidak
akan didisiplinkan oleh Allah SWT. Dan penulis mengutip dari Hadits Riwayat
Syarif “Tak ada dosa yang paling besar
dari pada menelantarkan tanggunganmu (anakmu)”. Oleh karena itu
“Berbaik-baiklah dalam memilih pasangan karena darah itu terus mengalir (GEN).
B. Deskripsi Tingkat Kasus
Nama inisialnya “DG”, beliau salah satu pelajar dari
Madrasah Aliyah Negri II Garut. Beliau anak ke-3 dari 4 bersaudara, Ayah beliau
tukang jahit sedangkan Ibunya seorang Ibu Rumah Tangga, Saudara beliau sudah
menikah dan sudah mempunyai anak, sedangkan adiknya masih kelas VI SD.
Kesehariannya beliau seperti anak SMA pada usianya, namun ada beberapa nilai
yang tidak baik untuk anak pada usianya, beliau seorang perempuan namun akhlaq
beliau tidak jauh dengan anak laki-laki. sikap, penampilan serta bahasanyapun
seperti anak laki-laki. Beliau pernah masuk penjara (sel), karena beliau “ngebuli” temen perempuan, dan temen
perempuan itu sakit hati sehingga menyangka bahwa “D” mencemarkan nama baik,
tidak hanya itu beliau sering maen fisik sama teman perempuan maupun teman
laki-laki beliau. Beliau mempunyai kebiasaan bersama teman-temannya yaitu suka
merokok. Pernah seseorang yang melarang tentang kebiasaannya itu namun hasilnya
“nihil”, beliau tetap saja merokok.
Pendidikan
beliau nilainya diatas rata-rata karena kata dia “Jika saya tidak menyontek,
saya tidak akan pernah lulus dan saya tidak ridha jika oranglain mendapatkan
nilai bagus karena menyontek sedangkan saya tidak menyontek”. Jadi beliau pilih
menyontek dibanding dengan hasil kerja sendiri padahal dia suka menghafal
dirumah tetapi suka putus asa dengan jenuhnya buku-buku juga dengan pengaruh
dari teman-teman beliau dan selain itu ketika beliau ingin menghafal Ayah dan
Ibu beliau suka berantem di depan anak-anaknya termasuk di depan beliau,
berkata kasar dll. Ibu beliau suka telfonan bersama laki-laki lain, sedangkan
Ayah beliau suka keluar rumah malam-malam. Disitulah faktor terjadinya
pertengkaran orangtua beliau. Dan ada kabar bahwa orangtua beliau menuju proses
perceraian. Beliau pernah berkata “Jangan salahkan saya jika saya seperti ini
(boyish) karena saya tidak akan pernah menjadi “veminin” (perempuan-perempuan yang manja), dan saya tidak pernah
menginginkan menjadi veminin, saya tidak sadar bahwa saya pernah melakukan hal
yang tidak mungkin dilakukan perempuan biasanya, karena bagi saya dulu itu
adalah kebiasaan saya dengan teman-teman saya, sehingga saya tidak sadar dengan
apa yang pernah saya lakukan dulu.
C. Kajian Teori
1.
Mengapa
bisa seperti itu?
a.
Faktor
Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan
pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Dalam hal
ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya,karena
pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari
kedua orang tuanya.“Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan
tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota
keluarga lain.” (Hasbullah, 1996 : 89). Yang termasuk faktor ini antara lain
adalah:
· Bimbingan dan didikan orang tua
· Hubungan orang tua dan anak
· Suasana rumah atau keluarga
· Keadaan Sosial
· Keadaan ekonomi keluarga
b.
Faktor
Lingkungan Sekolah
Lingkungan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan karena lingkungan memberi banyak
manfaat bagi manusia. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Artinya pengelolaan lingkungan hidup secara baik untuk mendorong
pembangunan berkelanjutan sangat penting. Namun, realitas yang terjadi
persentase pertumbuhan ekonomi hampir berbanding lurus dengan kerusakan
lingkungan sebagai akibat dari pembangunan. Dan Faktor dalam lingkungan sekolah
sebagai berikut:
a. Teman
sebaya yang dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi siswa
b. Guru
dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila guru tidak memenuhi syarat
sebagai seorang pendidik
c. Waktu
sekolah dan disiplin kurang
d. Kondisi
gedung dan alat pelajaran yang kurang.
c.
Bagaimana
cara mengatasinya?
Anak
adalah akibat langsung dari hubungan Ibu dan Ayah. Ayah dan Ibu adalah sebentuk
kemuliaan yang telah diberikan Tuhan dengan kebaikan dan kasih sayang yang
memperkaya jiwa dan memberikan perasaan keterikatan. Firman Allah SWT “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-NYA
adalah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-NYa diantaramu rasa kasih
dan sayang”. Kasih dan sayang dalam ayat tersebut sebagai sesuatu yang
menunjukan adanya anak yang memperkuat hubungan diantara orangtua, serta
menjamin keamanan dan kedamaian.
Seharusnya
orangtua sebisa mungkin bisa mengarahkan anaknya kepada yang lebih baik, jangan
pernah nasihati anak ketika sedang marah, tapi nasihatilah anak sedang bahagia.
Jangan pernah menunjukan pertengkaran di depan anak-anak.
Berikan
film-film motivasi untuk anak yang berkarakter “Boyish”, supaya hati anak tergugah untuk merubah dirinya menjadi
perempuan “tulen”. Dan berikan pujian
kepada anak yang ingin merubah dirinya menjadi lebih baik supaya dirinya merasa
nyaman dengan perubahannya itu. Dan disekolah seharusnya memberikan pengajaran
tentang etika berprilaku, etika berpakaian maupun etika berbicara. Jadi sekolah
seharusnya memberikan pengajaran yang berkesan bagi anaknya. Dan berikan
pengajaran akibat-akibat berprilaku yang tidak baik.
D. Simpulan
Anak merupakan titipan dari Allah SWT maka harus
dijaga dengan baik, karena semua amalan dan perlakuan akan kembali dan akan
dipertanggungjawabkan. Sebenarnya seorang anak bisa menjadi seseorang yang
tidak dikenali oleh orangtuanya karena seorang anak bisa melakukan hal yang
dikehendakinya secara berlebihan, jika orangtua tidak menanamkan rasa
keperduliannya. Dan usahakan orangtua mencari sekolah dan lingkungan tempat
rumah yang baik supaya anak tidak terbawa dalam kehidupan yang gelap.
Perubahan tidak harus dilakukan secara sekaligus,
karena dampaknya akan sulit diterima oleh pihak tertentu, namun apabila
dilakukan secara perlahan, kepastian akan berhasil akan lebih besar. Dan dalam dunia kemanusiaan, penulis hanya ingin menyatakan bahwa
setiap manusia yang pernah disapa oleh cinta, kebencian, pertolongan, cobaan
dan kebenaran-Nya, sesungguhnya iya telah diproses oleh-Nya untuk menjadi
permata-permata mahakarya-Nya.
E. Referensi
-
Prof.
Dr. Sudarman Danim, Dr. H. Khairil Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru)
-
W.S. Winkel
Psikologi Pendidikan
-
Dewan
Ulama Al-Azhar (Mesir) Ajaran Islam tentang Perawatan Anak diterjemahkan oleh
Dra. Alwiyah Abdurrahman dari Child Care
in Islam.
-
Dr.
Dimyati, Drs. Mudjiono Belajar dan Pembelajar
-
Prof.
Dr. Sudarman Danim Pengantar Kependidikan
-
Miftahul
Huda, M Idris Nalar Pendidikan Anak
-
Miranda
Risang Ayu Permata Rumah Kita (Catatan Perjalanan Seorang Ibu).
- Asri
Maidah (Karangan Ilmiah tahun 2012) Kesalahan Orangtua Dalam Mendidik Anak
Menurut Imam Al-Ghazali
-
Dr.
Syamsu Psikologi Perkembangan
-
Dr.
Asep Tapip Yani Pembaharuan Pendidikan